NEWS TODAY : Ketika harga bahan bakar minyak (BBM) turun justru di pandang negatif untuk kebijakan Pemerintahan SBY-JKSikap
Kata Ketua Program Magister Managemen Universitas Bandar Lampung, Edi Irawan, : "Publik, politisi dan oposisi harus jujur melihat kondisi ini. Semakin berupaya memberikan reaksi negatif terhadap kebijakan tersebut, rakyat akan semakin meninggalkan politisi dan oposisi," kepada detikcom melalui telepon di Jakarta, Selasa (13/1/2009).
Berdasarkan pengamat ekonomi yang alumni Institut Pertanian Bogor (IPB) ini, penurunan harga BBM merupakan tindakan pemerintah yang sportif yang harus
direspon positif. Untuk tindakan pemerintah ini justru akan mendorong sektor riil semakin tumbuh dan juga memperkokoh fundamental ekonomi Indonesia.
Ongkos produksi dan transportasi turun, walau belum drastis.Walau diakui Edi, kemajuan sektor riil dan fundamental ekonomi memang tidak
terlihat nyata dan cepat, sehingga menjadi bahan olok-olokan bagi yang tidak
mengerti.
"Semangat survive masyarakat luar biasa meningkat ketika krisis pangan dan energi serta pasar finansial global. Ini jangan justru kendur dengan penurunan BBM yang sudah tiga kali dilakukan. Sepanjang yang saya tahu, SBY mengerti managemen energi dan minyak bumi, apalagi dia pernah menjadi Menteri Pertambangan dan Energi di era Presiden Gus Dur," tabahnya.
Karena itu, Edi meminta kepada semua pihak, khususnya politisi dan oposisi untuk jujur melihat kondisi yang ada. Para politisis dan oposisi memang memiliki hak untuk mengkritik dan menyerang kebijakan pemerintah saat menaikan BBM atau sejumlah bahan pokok lainnya. Kemudian anehnya, ketika harga minyak turun, justru para oposisi memandangnya negatif.
Tambahnya : "Ini hanya ada di Indonesia. Jangan berpolitik dengan mengabaikan sukacita
dan kemesraan pemerintah dengan rakyatnya. Bukankah rakyat pernah menggerutu di saat BBM naik,".
sumber : detik.com
No comments:
Post a Comment